loading...

Friday, September 29, 2017

Materi-Artikel Proses Pengembangan Kerja Sama

Gambar Kerjasama


Pernahkah Anda membayangkan bahwa suatu saat Anda memiliki suatu usaha atau perusahaan dan Anda membutuhkan kehadiran orang atau pihak lain untuk diajak bekerja sama mengelola usaha Anda? Atau pernahkah Anda membayangkan suatu saat ada  teman  lama  yang  mengajak  Anda  untuk  membantu  usahanya  atau  mengajak bekerja sama mengelola suatu usaha? Andai saja yang terbayangkan oleh Anda adalah keadaan yang pertama, siapakah yang akan Anda ajak untuk bekerja sama, kemudian apa yang Anda persiapkan untuk kerja sama tersebut? Sedangkan, andai saja yang terbayangkan oleh Anda adalah Anda diajak kerja sama usaha oleh teman Anda, siapakah Anda, apakah Anda akan langsung menerima ajakan atau tawaran kerja sama tersebut?

Untuk menjawab dua kemungkinan di atas, tentu tidak dapat dijawab begitu saja atau seketika. Karena memutuskan untuk mengajak orang lain bekerja sama atau memutuskan untuk bergabung dengan orang lain yang mengajak bekerja sama, sama- sama membutuhkan pertimbangan yang matang. Hal ini sebagaimana yang diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa kerjasama pada dasarnya, memiliki maksud dan tujuan “win-win solution” atau saling menguntungkan kedua pihak. Oleh karena itu, memutuskan seketika tanpa pertimbangan yang matang dikhawatirkan akan menimbulkan kekecewaan pada pihak yang bekerja sama.

Sebelum memutuskan siapa atau pihak mana yang akan diajak bekerja sama atau dijadikan mitra usaha, maka perlu diperhatikan rangkaian proses pengembangan kerja sama agar dari kerja sama tersebut memperoleh hasil yang optimal. Moh. Jafar Hafsah (2000), menjelaskan rangkaian urutan proses kerja sama tersebut sebagai berikut:

1)  Memulai membangun hubungan dengan calon mitra.
Hal ini dimaksudkan agar kita dapat  mengenal pihak atau orang yang akan dijadikan calon mitra dengan baik dan tepat. Jangan sampai kita salah memilih, yang  kata  peribahasa  ibarat  “membeli  kucing  dalam  karung”.  Artinya,  jangan sampai kita memilih calon mitra yang tidak ketahui karakternya, kebiasaannya, track recordnya, latar belakangnya, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai calon mitra ini membutuhkan waktu yang lama dan perlu peran pihak lain yang dapat membantu kita memberi informasi mengenai calon mitra kita.

2)  Mengerti kondisi bisnis pihak yang bermitra atau bekerja sama.
Apabila calon mitra kita adalah orang yang telah punya pengalamam berbisnis, maka kita harus mengetahui bagaimana kemampuan manajemennya, teknologinya, sumber daya manusianya dan sumber daya  finansialnya.  Sedangkan,  bila calon mitra kita adalah orang yang tidak atau belum memiliki pengalaman usaha, maka kita pun patut untuk mengetahui keahlian atau keterampilan serta modal apa yang dimilikinya, sehingga kita layak mempertimbangkannya sebagai calon mitra usaha kita.
Hal di atas penting, karena kerja sama usaha merupakan kesepakatan yang harus dijalankan bersama dan menjadi tanggung jawab bersama sesuai dengan potensi atau kemampuan masing-masing yang diberikan dalam kerja sama tersebut. Bila kita melihat bahwa calon mitra kita tidak memiliki kemampuan atau potensi sebagaimana yang kita harapkan, maka kita dapat mencari calon mitra lainnya. Namun, bila kita melihat calon mitra tersebut telah memenuhi persyaratan yang kita inginkan, maka kita dapat memutuskan bahwa inilah calon mitra kita yang tepat.

3)  Mengembangkan strategi dan mengenal detail bisnis.
Bila  telah  ditetapkan  calon  mitra,  maka  langkah  selanjutnya  adalah  bagaimana mengembangkan  strategi usaha.  Hal  ini dapat  dilakukan dengan cara  membagi tugas dengan pihak yang bermitra sesuai dengan informasi dan kemampuan yang dimiliki masing-masing. Dengan strategi dan mengenal detail bisnis yang tepat, maka kita akan dapat mengembangkan usaha secara tepat pula, sehingga akan mendatangkan keuntungan kedua pihak (win-win solution).

4)  Mengembangkan program.
Pengembangan     program     merupakan     langkah     yang     dilakukan     setelah mengembangkan stategi bisnis dan merupakan rencana taktis yang akan dilaksanakan. Hal ini kemudian perlu diinformasikan kepada semua pihak yang akan terlibat dalam kerja sama tersebut, sehingga semua pihak siap untuk melaksanakannya.

5)  Memulai pelaksanaan.
Setelah semua siap, barulah usaha dalam bentuk kerja sama atau kemitraan tersebut dilaksanakan. Dalam awal pelaksanaan perlu dicek kesiapan-kesiapan serta memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.


6)  Memonitoring dan mengevaluasi perkembangan
Selama  proses  pelaksanaan  perlu  ada  monitoring,  sehingga  dapat  di  evaluasi kekurangan-kekurangan  atau  hambatan-hambatan  yang  dihadapi.  Dengan melakukan monitoring dan evaluasi, maka selanjutnya dapat dilakukan penyesuaian atau perbaikan-perbaikan sebagaimana yang diperlukan.


Bila digambarkan urutan proses membangun kerja sama tampak di bawah ini:

No comments:

Post a Comment